Advertisement
Kikir dalam hal ini seperti sikap seseorang, bahwa
kematian dan masuk dalam lautan api lebih menyenangkan baginya daripada
terjerumus dalam kekufuran (keluar dari agama islam) serta mengakui bahwa
agamanya (islam) lebih luhur baginya dibanding semua anak-anak dan hartanya.
Dikisahkan dari Umar bin Abdul Aziz, pada masa
kepemimpinannya pernah mengirim sejumlah orang ke negara Romawi untuk
berperang. Dalam peperangan itu mereka kalah dan sepuluh orang diantara mereka
ditawan oleh penguasa Romawi.
Kaisar Romawi meminta salah satu diantara mereka agar
masuk agama kaisar itu dan menyembah berhala. Ia mengatakan:”Bila kamu mau masuk agamaku dan menyembah
berhala, maka aku akan mengangkatmu sebagai penguasa di daerah (wilayah) yang
luas, aku akan memberimu pangkat yang tinggi, mahkota, bayaran yang banyak, dan
terompet (komando perang). Namun bila kamu tidak bersedia masuk agamaku, maka
aku akan membunuhmu, memenggal lehermu dengan pedang.”
Tawanan itu menjawab:”Aku tidak akan menjual agamaku dengan harta dunia.”
Kaisar itu lalu memerintahkan untuk membunuh tawanan
itu, kemudian ia dibunuh di alun-alun. Kepala tawanan itu menggelinding dan
berputar-putar di alun-alun itu sambil membaca ayat:
“Wahai
jiwa yang tenang, kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridha dan
diridhai. Masuklah ke dalam jamaah hamba-Ku dan masuklah kedalam Surga-Ku.” (QS.
Al-Fajr:27-30)
Kaisar itu marah dan mengambil tawanan yang kedua ia
berkata:”Masuklah kamu ke dalam agamaku,
maka aku akan menjadikanmu pemimpin di kota anu. Bila kamu menolak, maka akan
terpenggal lehermu seperti aku memenggal leher temanmu itu.”
Tawanan itu menjawab:”Aku tidak akan menjual agamaku dengan harta dunia. Bila kamu memiliki
kekuasaan untuk memenggal kepala maka kamu tidak akan memiliki kekuasaan untuk
memenggal iman.”
Kaisar pun memerintahkan untuk memenggal leher
tawanan kedua itu. Setelah dipenggal, kepalanya menggelinding dan
berputar-putar seperti tawanan yang pertama serta membaca ayat:
“Maka
orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi yang
buah-buahnya sangat rendah (untuk dipetik).” (QS.
Al-Haqqah:21-23)
Kepala itu berhenti di sebelah kepala yang pertama.
Kaisar menjadi marah besar dan memerintahkan untuk mengambil tawanan yang
ketiga, kaisar itu berkata kepadanya:”Apa
yang akan engkau katakan, apakah kamu mau masuk agamaku dan aku akan
menjadikanmu pemimpin?” Orang ketiga ini celaka dan berkata:”Aku akan masuk agamamu dan aku pilih harta
dunia daripada akhirat.” Mendengar jawaban itu kaisar berkata kepada
pembantunya, “catat untuknya imbalan dan
berikan padanya mahkota, gaji yang banyak serta pangkat yang tinggi.” Pembantu
itu menyanggah:”Wahai raja, bagaimana aku
memberi tanpa mengujinya, katakan kepadanya:”Bila ucapanmu jujur, bunuhlah
seorang lelaki dari teman-temanmu. Kami akan mempercayaimu.””
Tawanan yang ketiga yang dilaknak itu kemudian
mengambil salah seorang teman dan membunuhnya. Kaisar pun senang dan
memerintahkan pembantunya untuk mencatat imbalannya. Tetapi pembantunya
menyanggah dan berkata kepada kaisar:”Tidak
masuk diakal, bahwa engkau mempercayainya. Orang ini tidak menjaga hak
saudaranya sendiri yang dilahirkan dan tumbuh bersamanya. Bagaimana ia bisa
menjaga hak kita.”
Kaisar membenarkan pembantunya dan memerintahkan
untuk membunuh tawanan malang itu, dipenggallah kepalanya dan menggelinding
berputar-putar di alun-alun tiga kali sambil membaca ayat:
“Apakah
(kamu hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azabnya?
Apakah kamu akan menyelamatkan orang-orang yang berada di neraka?” (QS.
Az-Zumar:19)
Kepala itu berhenti di pojok alun-alun dan tidak
menyatu dengan dua kepala sebelumnya. Jadilah kepala itu menuju siksa Allah.
Advertisement
0 comments:
Posting Komentar