Advertisement
Allah berfirman:
“Katakanlah
(Muhammad), wahai orang-orang yang kelewat batas atas diri mereka sendiri,
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (QS.
Az-Zumar:53)
Rasulullah Saw bersabda:
“Orang
jahat (maksiat) yang masih mengharap rahmat Allah, lebih dekat kepada Allah
daripada orang yang tekun beribadah yang putus asa (dari rahmat Allah).”
Dikisahkan dari Umar, dari Zaid bin Aslam, bahwa ada
seseorang lelaki dari umat-umat terdahulu yang sangat tekun beribadah dan
sangat mengekang hawa nafsunya serta memupus harapan manusia dari rahmat Allah.
Kemudian orang itu meninggal, bertanyalah orang itu kepada Allah:”Wahai Tuhanku, apa (yang akan Kau berikan)
untukku dari sisi-Mu?” Allah menjawab:”(Akan
kuberikan) untukmu neraka.” Orang itu bertanya lagi : “Kemanakah gerangan (pahala) ibadah dan ketekunanku?” Allah
menjawab:”Kamu telah memupus manusia dari
harapan rahmat-Ku di dunia. Maka sekarang Aku akan memupusmu dari harapan
rahmat-Ku.”
Hakikat harapan (pada rahmat Allah) adalah
kelapangan hati untuk menanti sesuatu yang disukainya. Tetapi sesuatu yang
dinantinya itu tentu saja akan datang dengan suatu sebab. Bila sebab-sebab itu
rusak, maka harapan itu berarti tipuan dan membodohkan.
Bila sebab-sebab yang dapat menimbulkan terwujudnya
sesuatu yang dinanti itu tidak jelas ada dan tidaknya, maka harapan tersebut
disebut tamanni (harapan
kosong/angan-angan kosong). Bila ia muncul di dalam hati sesuatu yang ada pada
masa lalu maka disebut tadzakkur
(ingat). Bila sesuatu yang bergerak dalam hati itu terwujud pada masa sekarang
disebut wujdan (mendapatkan), dzauq (merasakan) atau idrak (memperoleh). Bila terbesit dalam
hati sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka disebut dengan intidhar penantian) dan tawaqqu’ (harapan atau kekhawatiran).
Bila sesuatu yang dinantikan itu merupakan sesuatu yang tidak disukai atau
dibenci yang akan menimbulkan kepedihan hati disebut khauf (ketakutan) dan isyfaq (kekhawatiran).
Bila yang dinantikan itu merupakan sesuatu yang disukai yang akan menimbulkan
rasa nyaman di hati disebut raja’ (harapan).
Demikian diterangkan di dalam kitab Ihya’
Ulumuddin.
Advertisement
0 comments:
Posting Komentar